Siklus birahi Hewan


 


Di sebuah tabloid, ada penjelasan dari pengasuh rubrik konsultasi bahwa birahi burung jantan itu selalu muncul setiap hari. Sedangkan birahi burung betina disebutkan hanya muncul secara periodik (berkala), ketika burung tersebut masuk dalam masa birahi. Disebutkan juga, burung jantan bisa kawin setiap hari. Adapun burung betina hanya mau dikawini jika sedang memasuki masa birahi. Benarkah demikian? Burung jantan memang bisa kawin setiap hari, bahkan bisa beberapa kali dalam sehari, tergantung dari kondisi birahinya: rendah, sedang, atau tinggi. Dalam konteks inilah, kita sering mendengar istilah over birahi (OB) dan kurang birahi, yang semuanya sangat mempengaruhi performa suaranya.



Tetapi benarkah birahi burung betina hanya muncul secara periodik (berkala) sebagaimana binatang mamalia ? Pada mamalia, masa birahi memang muncul secara berkala, yang dikenal dengan istilah siklus estrus atau siklus birahi (estrous cycle).

Masa di mana mamalia sedang memasuki siklus birahinya disebut masa estrus atau masa birahi. Apabila betina tidak berada dalam masa birahi, ia tidak mau kawin. Hewan jantan pun tahu persis, kapan betina sedang birahi atau tidak.

Tanda paling jelas terlihat pada sapi, kerbau, dan kuda, yang dicirikan dengan 3A (abang, abuh, anget). Abang berarti merah (vagina terlihat kemerahan). Abuh berarti membengkak (saat birahi, vagina terlihat seperti membengkak). Anget berarti hangat (kalau tidak percaya, silakan meraba vagina sapi betina yang sedang birahi, he..he..).

Siklus estrus antara hewan mamalia yang satu dan lainnya tidak selalu sama. Begitu pula dengan lama birahi. Untuk lebih jelasnya, silakan lihat tabel di bawah ini :
Jenis Hewan
Siklus Birahi
Rerata
Lama Birahi
Rerata
Sapi
17 – 24 hari
21 hari
6 – 24 jam
18 jam
Domba
14 – 19 hari
17 hari
24 – 48 jam
30 jam
Kambing
12 – 24 hari
21 hari
1 – 4 hari
39 jam
Kuda
15 – 26 hari
21 hari
1 – 9 hari
7 hari
Babi
18 – 24 hari
21 hari
1 – 4 hari
50 jam

Pada sapi, misalnya, siklus birahi rata-rata setiap 21 hari sekali. Birahi ini muncul hanya dalam waktu terbatas, mulai dari 6 jam hingga 24 jam (rata-rata 18 jam). Setelah itu, sapi betina dalam kondisi normal kembali alias sudah tidak birahi lagi. Begitu pula dengan hewan mamalia lainnya.

Nah, unggas (ayam, burung, kalkun, itik, dll) tidak memiliki apa yang disebut siklus birahi. Hal ini juga ditegaskan Prof Dr Ir Tri Yuwanta, SU, DEA, gurubesar Fakultas Peternakan UGM, dalam buku Dasar Ternak Unggas (Penerbit Kanisius Jogja, 2004: hal 64) :

“Unggas tidak memiliki siklus estrus, dan tidak terjadi dobel ovulasi. Sebab ovulasi terjadi beberapa saat (30 menit) setelah peneluran, dan ovulasi berikutnya tidak akan terjadi apabila di dalam oviduk masih terdapat telur”.





Jadi tidak benar kalau dikatakan burung betina hanya mau kawin kalau sedang memasuki masa birahi. Sebagaimana burung jantan, burung betina juga bisa kawin kapan pun dia mau. Tetapi untuk bisa kawin, ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki burung jantan dan betina :
  1. Burung betina maupun burung jantan sudah mencapai umur dewasa kelamin (UDK). Pada betina, UDK ditandai kemampuan burung untuk bertelur pertama kalinya. Sedangkan pada jantan ditandai dengan kemampuannya menghasilkan sel sperma. UDK pada burung bervariasi, sekitar umur 5-7 bulan, tergantung spesies burung, ransum pakan, kesehatan, dan perawatan lainnya.
  2. Burung jantan dan betina sama-sama dalam kondisi birahi yang normal, tidak OB dan tidak juga kurang birahi. Dalam penangkaran, burung yang mengalami OB cenderung agresif. Sehingga niat kawin dapat berubah menjadi mengejar pasangannya (betina pun bisa mengejar pasangannya).
Jika burung jantan kondisi birahinya kurang, ia tidak akan mau mengawini betina. Burung betina yang kurang birahi pun akan selalu lari saat didekati betina.
Apabila burung jantan dan burung betina sudah mencapai UDK, dan organ reproduksinya normal, maka proses perkawinan akan membuahkan hasil berupa telur fertil. Berikut ini organ reproduksi burung betina, mulai dari ovarium hingga vent / kloaka atau tempat keluarnya telur yang sudah berkerabang.

Menjaga stabilitas birahi

Seperti dijelaskan di atas, burung jantan dan betina harus dalam kondisi birahi normal (stabil), tidak terlalu kurang maupun berlebihan. Pada manusia, kondisi birahi sangat dipengaruhi faktor kejiwaan, dan diperkuat asupan gizi.
Pada burung, kondisi birahi juga sangat dipengaruhi oleh asupan gizi. Menurut beberapa hasil penelitian di Eropa dan AS, yang sebagian pernah dimuat di omkicau.com, burung betina juga memiliki preferensi tertentu dalam memilih pejantan calon pasangannya. Salah satu yang dominan adalah kualitas nyanyian dari burung jantan itu sendiri.
Hal inilah yang perlu dipahami para penangkar maupun calon penangkar burung, terutama dalam proses pra-penjodohan, penjodohan, hingga burung siap berkembang biak.